Al Qur’an Adalah
Wahyu Dari Allah
Al Qur’an
atau Qur’an
(bahasa Arab: القرآن al-Qur’ān) ialah kitab
suci bagi umat Islam. Menurut ajaran Islam, Al Qur’an ialah wahyu yang Allah
turunkan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantaraan malaikat Jibril yang
sampai ke zaman sekarang secara Mutawatir. Perihal diturunkan Al Qur’an
mempunyai kaitan rapat dengan Lailatul Qadar. Al Qur’an diturunkan kepada Nabi
Muhammad secara beransur-ansur dalam tempo 23 tahun.
Dalam salah satu ayat yang terdapat di dalam Al Qur’an Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar – benar memeliharanya”. ( Q.S Al Hijr (15) : 9 )
Lafadz Al Qur’an dari segi bahasa adalah bacaan atau himpunan huruf dan kalimah. Ini berdasarkan firman Allah:
“Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakan-nya maka ikutilah bacaan itu” (Q.S. Al-Qiyaamah (75) : 17-18 )
Manakala dari segi istilah pula, Al Qur’an ialah kalamullah yang bermukjizat diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantaraan Malaikat Jibril dalam bahasa Arab, diriwayatkan secara Mutawatir dan membaca setiap hurufnya adalah ibadah, bermula dari Q.S. al-Fatihah dan berakhir dengan Q.S. an-Naas.
Bukti Al Qur’an Datang Dari Allah
Mengenai bukti bahawa Al Qur’an itu datang dari Allah, dapat dilihat dari kenyataan bahawa Al Qur’an adalah sebuah kitab berbahasa Arab yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Dalam menentukan dari mana asal Al Qur’an, akan kita dapatkan tiga kemungkinan.
* Pertama, kitab itu merupakan karangan orang Arab.
* Kedua, karangan Muhammad SAW.
* Ketiga, berasal dari Allah SWT saja.
Tidak ada lagi kemungkinan selain dari yang tiga ini. Sebab Al Qur’an adalah khas Arab, baik dari segi bahasa maupun gayanya.
Kemungkinan pertama yang mengatakan bahwa Al Qur’an adalah karangan orang Arab merupakan kemungkinan yang tertolak. Dalam hal ini Al Qur’an sendiri telah menentang mereka untuk membuat karya yang serupa. Sebagaimana tertera dalam ayat :
قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ
“…Katakanlah: ‘Maka datangkanlah sepuluh surat yang (dapat) menyamainya…” (Q.S. Huud (11) : 13).
Di dalam ayat lain :
قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ
“Katakanlah: (‘Kalau benar apa yang kamu katakan), maka cobalah datangkan sebuah surat yang menyerupainya” (Q.S Yunus (10) : 38).
Orang-orang Arab telah berusaha keras mencobanya, akan tetapi tidak berhasil. Ini membuktikan bahwa Al Qur’an bukan berasal dari perkataan mereka. Mereka tidak mampu menghasilkan karya yang serupa, ada tentangan dari Al Qur’an dan usaha dari mereka untuk menjawab tentangan itu. Kemungkinan kedua yang mengatakan bahwa Al Qur’an itu karangan Nabi Muhammad SAW., adalah kemungkinan yang juga tidak dapat diterima oleh akal. Sebab, Nabi Muhammad SAW. adalah orang Arab juga. Bagaimanapun cerdiknya, tetaplah ia sebagai seorang manusia yang menjadi salah satu anggota dari masyarakat atau bangsanya. Selama seluruh bangsa Arab tidak mampu menghasilkan karya yang serupa, maka masuk akal pula apabila Nabi Muhammad SAW. yang juga termasuk salah seorang dari bangsa Arab tidak mampu menghasilkan karya yang serupa. Oleh kerana itu, jelas bahwa Al Qur’an itu bukan karangan Nabi Muhammad SAW.. Terlebih lagi dengan banyaknya hadis shahih yang berasal dari Nabi Muhammad SAW. yang sebagian malah diriwayatkan lewat cara yang tawatur, yang kebenarannya tidak diragukan lagi. Apabila setiap hadis dibandingkan dengan ayat manapun dalam Al Qur’an, maka tidak akan dijumpai adanya kemiripan dari segi gaya bahasanya. Padahal Nabi Muhammad SAW., disamping selalu membacakan setiap ayat-ayat yang diterimanya, dalam waktu yang bersamaan juga mengeluarkan hadis. Namun, ternyata keduanya tetap berbeda dari segi gaya sasteranya. Bagaimanapun kerasnya usaha seseorang untuk menciptakan berbagai macam gaya bahasa dalam pembicaraannya, tetap saja akan terdapat kemiripan antara gaya yang satu dengan yang lain. Kerana semua itu merupakan bagian dari ciri khasnya dalam berbicara. Oleh kerana memang tidak ada kemiripan antara gaya bahasa Al Qur’an dengan gaya bahasa hadis, bererti Al Qur’an itu bukan perkataan Nabi Muhammad SAW. Sebab, pada masing-masing keduanya terdapat perbezaan yang tegas dan jelas. Itulah sebabnya tidak seorang pun dari bangsa Arab, orang-orang yang paling tahu gaya dan sastera bahasa arab, pernah menuduh bahwa Al Qur’an itu perkataan Nabi Muhammad SAW. atau mirip dengan gaya bicaranya. Satu-satunya tuduhan yang mereka lontarkan adalah bahawa Al Qur’an itu dicipta Nabi Muhammad SAW. dari seorang pemuda Nasrani yang bernama Jabr. Tuduhan ini pun telah ditolak keras oleh Allah SWT dalam firman-Nya :
“(Dan) Sesungguhnya Kami mengetahui mereka berkata: ‘Bahwasanya Al Qur’an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad). Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya (adalah) bahasa ‘ajami (bukan-Arab), sedangkan Al Qur’an itu dalam bahasa arab yang jelas” (Q.S. An-Nahl (16) : 103).
Jika telah terbukti bahwa Al Qur’an itu bukan karangan bangsa Arab, bukan pula karangan Nabi Muhammad SAW., maka sesungguhnya Al Qur’an itu adalah firman Allah, Kalamullah, yang menjadi mukjizat bagi orang yang membawanya.
Nama-nama Al Qur’an
* al-Kitaab (اﻟﻛتاب)bermaksud sebuah kitab berdasarkan firman Allah:
Alif, Laam, Miim. Kitab Al Qur’an ini, tidak ada sebarang syak padanya (tentang datangnya dari Allah dan tentang sempurnanya); ia pula menjadi petunjuk bagi orang-orang Yang (hendak) bertaqwa; (Q.S. al-Baqarah (2) :1-2)
* al-Furqaan (ﺍﻟﻔﺮﻗﺎﻥ) bermaksud pemisah hak dan batil sebagaimana firman Allah:
Maha berkat Tuhan Yang menurunkan al-Furqaan kepada hambaNya (Muhammad), untuk menjadi peringatan dan amaran bagi seluruh penduduk alam. (Q.S. al-Furqaan (25) : 1)
* adz-Dzikr (اﻟذﻛﺮ) bermaksud peringatan berdasarkan firman Allah:
Sesungguhnya Kamilah Yang menurunkan Al Qur’an, dan Kamilah Yang memelihara dan menjaganya. (Q.S. al-Hijr (15) : 9)
* at-Tanzil (ﺍﻟﺘﻨﺰﻳﻞ) bermaksud penurunan. Nama ini diambil sempena firman Allah:
Dan Sesungguhnya Al Qur’an (yang di antara isinya kisah-kisah Yang tersebut) adalah diturunkan oleh Allah Tuhan sekalian alam. (Q.S. Asy-Syuaraa (26) : 192)
Sifat Al Qur’an
* an-Nuur bermaksud cahaya yang menerangi kegelapan. Al Qur’an disifatkan sebagai nur (cahaya) kerana ia memberikan cahaya keimanan kepada orang yang berada di dalam kegelapan serta kekufuran. Selain itu, Al Qur’an juga menjadi cahaya yang menerangi jiwa orang yang selalu membacanya dan menghayati isi kandungannya. Firman Allah:
“Wahai sekalian umat manusia! Sesungguhnya telah datang kepada kamu: Bukti dari Tuhan kamu, dan Kami pula telah menurunkan kepada kamu (Al Qur’an sebagai) Nur (cahaya) Yang menerangi (segala apa jua Yang membawa kejayaan di dunia ini dan kebahagiaan Yang kekal di akhirat kelak).” (Q.S. an-Nisaa’ (4) : 174)
* al-Mubiin bermaksud menerangkan sesuatu. Al Qur’an disifatkan sebagai penerang kerana ia menghuraikan ajaran Islam kepada seluruh umat. Firman Allah:
“Wahai ahli Kitab! Sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami (Muhammad SAW) Dengan menerangkan kepada kamu banyak dari (keterangan-keterangan dan hukum-hukum) Yang telah kamu sembunyikan dari Kitab suci, dan ia memaafkan kamu (dengan tidak mendedahkan) banyak perkara (yang kamu sembunyikan). Sesungguhnya telah datang kepada kamu cahaya kebenaran (Nabi Muhammad) dari Allah, dan sebuah Kitab (Al Qur’an) Yang jelas nyata keterangannya.” (Q.S. al-Maa’idah (5) : 15)
* al-Huda bermaksud petunjuk. Al Qur’an disifatkan sebagai petunjuk kerana ia menunjukkan jalan yang lurus kepada umat manusia. Firman Allah:
Wahai umat manusia! Sesungguhnya telah datang kepada kamu Al Qur’an Yang menjadi nasihat pengajaran dari Tuhan kamu, dan Yang menjadi penawar bagi penyakit-penyakit batin Yang ada di Dalam dada kamu, dan juga menjadi hidayah petunjuk untuk keselamatan, serta membawa rahmat bagi orang-orang Yang beriman. (Q.S. Yunus (10) : 57)
Bagaimanakah Al Qur’an itu diwahyukan.
Nabi Muhammad SAW. dalam hal menerima wahyu mengalami bermacam-macam cara dan keadaan. di antaranya:
1. Malaikat memasukkan wahyu itu ke dalam hatinya. Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW. tidak melihat sesuatu apapun, hanya beliau merasa bahwa itu sudah berada saja dalam kalbunya. Mengenai hal ini Nabi mengatakan: "Ruhul qudus mewahyukan ke dalam kalbuku", ( Q.S. Asy Syuura (42) : 51).
2. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi berupa seorang laki-laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal benar akan kata-kata itu.
3. Wahyu datang kepadanya seperti gemerincingnya loceng. Cara inilah yang amat berat dirasakan oleh Nabi. Kadang-kadang pada keningnya berpancaran keringat, meskipun turunnya wahyu itu di musim dingin yang sangat. Kadang-kadang unta beliau terpaksa berhenti dan duduk karena merasa amat berat, bila wahyu itu turun ketika beliau sedang mengendarai unta.
Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit: "Aku adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah. Aku lihat Rasulullah ketika turunnya wahyu itu seakan-akan diserang oleh demam yang keras dan keringatnya bercucuran seperti permata. Kemudian setelah selesai turunnya wahyu, barulah beliau kembali seperti biasa".
Dalam salah satu ayat yang terdapat di dalam Al Qur’an Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar – benar memeliharanya”. ( Q.S Al Hijr (15) : 9 )
Lafadz Al Qur’an dari segi bahasa adalah bacaan atau himpunan huruf dan kalimah. Ini berdasarkan firman Allah:
“Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakan-nya maka ikutilah bacaan itu” (Q.S. Al-Qiyaamah (75) : 17-18 )
Manakala dari segi istilah pula, Al Qur’an ialah kalamullah yang bermukjizat diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantaraan Malaikat Jibril dalam bahasa Arab, diriwayatkan secara Mutawatir dan membaca setiap hurufnya adalah ibadah, bermula dari Q.S. al-Fatihah dan berakhir dengan Q.S. an-Naas.
Bukti Al Qur’an Datang Dari Allah
Mengenai bukti bahawa Al Qur’an itu datang dari Allah, dapat dilihat dari kenyataan bahawa Al Qur’an adalah sebuah kitab berbahasa Arab yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Dalam menentukan dari mana asal Al Qur’an, akan kita dapatkan tiga kemungkinan.
* Pertama, kitab itu merupakan karangan orang Arab.
* Kedua, karangan Muhammad SAW.
* Ketiga, berasal dari Allah SWT saja.
Tidak ada lagi kemungkinan selain dari yang tiga ini. Sebab Al Qur’an adalah khas Arab, baik dari segi bahasa maupun gayanya.
Kemungkinan pertama yang mengatakan bahwa Al Qur’an adalah karangan orang Arab merupakan kemungkinan yang tertolak. Dalam hal ini Al Qur’an sendiri telah menentang mereka untuk membuat karya yang serupa. Sebagaimana tertera dalam ayat :
قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ
“…Katakanlah: ‘Maka datangkanlah sepuluh surat yang (dapat) menyamainya…” (Q.S. Huud (11) : 13).
Di dalam ayat lain :
قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ
“Katakanlah: (‘Kalau benar apa yang kamu katakan), maka cobalah datangkan sebuah surat yang menyerupainya” (Q.S Yunus (10) : 38).
Orang-orang Arab telah berusaha keras mencobanya, akan tetapi tidak berhasil. Ini membuktikan bahwa Al Qur’an bukan berasal dari perkataan mereka. Mereka tidak mampu menghasilkan karya yang serupa, ada tentangan dari Al Qur’an dan usaha dari mereka untuk menjawab tentangan itu. Kemungkinan kedua yang mengatakan bahwa Al Qur’an itu karangan Nabi Muhammad SAW., adalah kemungkinan yang juga tidak dapat diterima oleh akal. Sebab, Nabi Muhammad SAW. adalah orang Arab juga. Bagaimanapun cerdiknya, tetaplah ia sebagai seorang manusia yang menjadi salah satu anggota dari masyarakat atau bangsanya. Selama seluruh bangsa Arab tidak mampu menghasilkan karya yang serupa, maka masuk akal pula apabila Nabi Muhammad SAW. yang juga termasuk salah seorang dari bangsa Arab tidak mampu menghasilkan karya yang serupa. Oleh kerana itu, jelas bahwa Al Qur’an itu bukan karangan Nabi Muhammad SAW.. Terlebih lagi dengan banyaknya hadis shahih yang berasal dari Nabi Muhammad SAW. yang sebagian malah diriwayatkan lewat cara yang tawatur, yang kebenarannya tidak diragukan lagi. Apabila setiap hadis dibandingkan dengan ayat manapun dalam Al Qur’an, maka tidak akan dijumpai adanya kemiripan dari segi gaya bahasanya. Padahal Nabi Muhammad SAW., disamping selalu membacakan setiap ayat-ayat yang diterimanya, dalam waktu yang bersamaan juga mengeluarkan hadis. Namun, ternyata keduanya tetap berbeda dari segi gaya sasteranya. Bagaimanapun kerasnya usaha seseorang untuk menciptakan berbagai macam gaya bahasa dalam pembicaraannya, tetap saja akan terdapat kemiripan antara gaya yang satu dengan yang lain. Kerana semua itu merupakan bagian dari ciri khasnya dalam berbicara. Oleh kerana memang tidak ada kemiripan antara gaya bahasa Al Qur’an dengan gaya bahasa hadis, bererti Al Qur’an itu bukan perkataan Nabi Muhammad SAW. Sebab, pada masing-masing keduanya terdapat perbezaan yang tegas dan jelas. Itulah sebabnya tidak seorang pun dari bangsa Arab, orang-orang yang paling tahu gaya dan sastera bahasa arab, pernah menuduh bahwa Al Qur’an itu perkataan Nabi Muhammad SAW. atau mirip dengan gaya bicaranya. Satu-satunya tuduhan yang mereka lontarkan adalah bahawa Al Qur’an itu dicipta Nabi Muhammad SAW. dari seorang pemuda Nasrani yang bernama Jabr. Tuduhan ini pun telah ditolak keras oleh Allah SWT dalam firman-Nya :
“(Dan) Sesungguhnya Kami mengetahui mereka berkata: ‘Bahwasanya Al Qur’an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad). Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya (adalah) bahasa ‘ajami (bukan-Arab), sedangkan Al Qur’an itu dalam bahasa arab yang jelas” (Q.S. An-Nahl (16) : 103).
Jika telah terbukti bahwa Al Qur’an itu bukan karangan bangsa Arab, bukan pula karangan Nabi Muhammad SAW., maka sesungguhnya Al Qur’an itu adalah firman Allah, Kalamullah, yang menjadi mukjizat bagi orang yang membawanya.
Nama-nama Al Qur’an
* al-Kitaab (اﻟﻛتاب)bermaksud sebuah kitab berdasarkan firman Allah:
Alif, Laam, Miim. Kitab Al Qur’an ini, tidak ada sebarang syak padanya (tentang datangnya dari Allah dan tentang sempurnanya); ia pula menjadi petunjuk bagi orang-orang Yang (hendak) bertaqwa; (Q.S. al-Baqarah (2) :1-2)
* al-Furqaan (ﺍﻟﻔﺮﻗﺎﻥ) bermaksud pemisah hak dan batil sebagaimana firman Allah:
Maha berkat Tuhan Yang menurunkan al-Furqaan kepada hambaNya (Muhammad), untuk menjadi peringatan dan amaran bagi seluruh penduduk alam. (Q.S. al-Furqaan (25) : 1)
* adz-Dzikr (اﻟذﻛﺮ) bermaksud peringatan berdasarkan firman Allah:
Sesungguhnya Kamilah Yang menurunkan Al Qur’an, dan Kamilah Yang memelihara dan menjaganya. (Q.S. al-Hijr (15) : 9)
* at-Tanzil (ﺍﻟﺘﻨﺰﻳﻞ) bermaksud penurunan. Nama ini diambil sempena firman Allah:
Dan Sesungguhnya Al Qur’an (yang di antara isinya kisah-kisah Yang tersebut) adalah diturunkan oleh Allah Tuhan sekalian alam. (Q.S. Asy-Syuaraa (26) : 192)
Sifat Al Qur’an
* an-Nuur bermaksud cahaya yang menerangi kegelapan. Al Qur’an disifatkan sebagai nur (cahaya) kerana ia memberikan cahaya keimanan kepada orang yang berada di dalam kegelapan serta kekufuran. Selain itu, Al Qur’an juga menjadi cahaya yang menerangi jiwa orang yang selalu membacanya dan menghayati isi kandungannya. Firman Allah:
“Wahai sekalian umat manusia! Sesungguhnya telah datang kepada kamu: Bukti dari Tuhan kamu, dan Kami pula telah menurunkan kepada kamu (Al Qur’an sebagai) Nur (cahaya) Yang menerangi (segala apa jua Yang membawa kejayaan di dunia ini dan kebahagiaan Yang kekal di akhirat kelak).” (Q.S. an-Nisaa’ (4) : 174)
* al-Mubiin bermaksud menerangkan sesuatu. Al Qur’an disifatkan sebagai penerang kerana ia menghuraikan ajaran Islam kepada seluruh umat. Firman Allah:
“Wahai ahli Kitab! Sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami (Muhammad SAW) Dengan menerangkan kepada kamu banyak dari (keterangan-keterangan dan hukum-hukum) Yang telah kamu sembunyikan dari Kitab suci, dan ia memaafkan kamu (dengan tidak mendedahkan) banyak perkara (yang kamu sembunyikan). Sesungguhnya telah datang kepada kamu cahaya kebenaran (Nabi Muhammad) dari Allah, dan sebuah Kitab (Al Qur’an) Yang jelas nyata keterangannya.” (Q.S. al-Maa’idah (5) : 15)
* al-Huda bermaksud petunjuk. Al Qur’an disifatkan sebagai petunjuk kerana ia menunjukkan jalan yang lurus kepada umat manusia. Firman Allah:
Wahai umat manusia! Sesungguhnya telah datang kepada kamu Al Qur’an Yang menjadi nasihat pengajaran dari Tuhan kamu, dan Yang menjadi penawar bagi penyakit-penyakit batin Yang ada di Dalam dada kamu, dan juga menjadi hidayah petunjuk untuk keselamatan, serta membawa rahmat bagi orang-orang Yang beriman. (Q.S. Yunus (10) : 57)
Bagaimanakah Al Qur’an itu diwahyukan.
Nabi Muhammad SAW. dalam hal menerima wahyu mengalami bermacam-macam cara dan keadaan. di antaranya:
1. Malaikat memasukkan wahyu itu ke dalam hatinya. Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW. tidak melihat sesuatu apapun, hanya beliau merasa bahwa itu sudah berada saja dalam kalbunya. Mengenai hal ini Nabi mengatakan: "Ruhul qudus mewahyukan ke dalam kalbuku", ( Q.S. Asy Syuura (42) : 51).
2. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi berupa seorang laki-laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal benar akan kata-kata itu.
3. Wahyu datang kepadanya seperti gemerincingnya loceng. Cara inilah yang amat berat dirasakan oleh Nabi. Kadang-kadang pada keningnya berpancaran keringat, meskipun turunnya wahyu itu di musim dingin yang sangat. Kadang-kadang unta beliau terpaksa berhenti dan duduk karena merasa amat berat, bila wahyu itu turun ketika beliau sedang mengendarai unta.
Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit: "Aku adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah. Aku lihat Rasulullah ketika turunnya wahyu itu seakan-akan diserang oleh demam yang keras dan keringatnya bercucuran seperti permata. Kemudian setelah selesai turunnya wahyu, barulah beliau kembali seperti biasa".
4. Malaikat
menampakkan dirinya kepada Nabi, tidak berupa seorang laki-laki seperti
keadaan no. 2, tetapi benar-benar seperti rupanya yang asli. Hal ini
tersebut dalam Al Qur’an (Q.S. An Najm (53) :
13-14)
Artinya: Sesungguhnya Muhammad telah melihatnya pada kali yang lain (kedua). Ketika ia berada di Sidratulmuntaha.
Hikmah diturunkan Al Qur’an secara beransur-ansur
Al Qur’an diturunkan secara beransur-ansur dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari atau 23 tahun, 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Hikmah Al Qur’an diturunkan secara beransur-ansur itu ialah:
1. Agar lebih mudah difahami dan dilaksanakan. Orang tidak akan melaksanakan suruhan, dan larangan sekiranya suruhan dan larangan itu diturunkan sekaligus banyak. Hal ini disebutkan oleh Bukhari dan riwayat ‘Aisyah r.a.
2. Di antara ayat-ayat itu ada yang nasikh dan ada yang mansukh, sesuai dengan permasalahan pada waktu itu. Ini tidak dapat dilakukan sekiranya Al Qur’an diturunkan sekaligus. (ini menurut pendapat yang mengatakan adanya nasikh dan mansukh).
3. Turunnya sesuatu ayat sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi akan lebih mengesankan dan lebih berpengaruh di hati.
4. Memudahkan penghafalan. Orang-orang musyrik yang telah menayakan mengapa Al Qur’an tidak diturunkan sekaligus. sebagaimana tersebut dalam Al Qur’an ayat (25) Al Furqaan ayat 32, yaitu: mengapakah Al Qur’an tidak diturunkan kepadanya sekaligus · Kemudian dijawab di dalam ayat itu sendiri: ·demikianlah, dengan (cara) begitu Kami hendak menetapkan hatimu
5. Di antara ayat-ayat ada yang merupakan jawaban daripada pertanyaan atau penolakan suatu pendapat atau perbuatan, sebagai dikatakan oleh lbnu‘Abbas r.a. Hal ini tidak dapat terlaksana kalau Al Qur’an diturunkan sekaligus.
Ayat Makkiyah dan ayat Madaniyah
Ditinjau dari segi masa turunnya, maka Al Qur’an itu dibahagi atas dua golongan:
1. Ayat-ayat yang diturunkan di Mekah atau sebelum Nabi Muhammad SAW. hijrah ke Madinah dinamakan ayat-ayat Makkiyyah.
2. Ayat-ayat yang diturunkan di Madinah atau sesudah Nabi Muhammad s.a.w. hijrah ke Madinah dinamakan ayat-ayat Madaniyyah.
Artinya: Sesungguhnya Muhammad telah melihatnya pada kali yang lain (kedua). Ketika ia berada di Sidratulmuntaha.
Hikmah diturunkan Al Qur’an secara beransur-ansur
Al Qur’an diturunkan secara beransur-ansur dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari atau 23 tahun, 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Hikmah Al Qur’an diturunkan secara beransur-ansur itu ialah:
1. Agar lebih mudah difahami dan dilaksanakan. Orang tidak akan melaksanakan suruhan, dan larangan sekiranya suruhan dan larangan itu diturunkan sekaligus banyak. Hal ini disebutkan oleh Bukhari dan riwayat ‘Aisyah r.a.
2. Di antara ayat-ayat itu ada yang nasikh dan ada yang mansukh, sesuai dengan permasalahan pada waktu itu. Ini tidak dapat dilakukan sekiranya Al Qur’an diturunkan sekaligus. (ini menurut pendapat yang mengatakan adanya nasikh dan mansukh).
3. Turunnya sesuatu ayat sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi akan lebih mengesankan dan lebih berpengaruh di hati.
4. Memudahkan penghafalan. Orang-orang musyrik yang telah menayakan mengapa Al Qur’an tidak diturunkan sekaligus. sebagaimana tersebut dalam Al Qur’an ayat (25) Al Furqaan ayat 32, yaitu: mengapakah Al Qur’an tidak diturunkan kepadanya sekaligus · Kemudian dijawab di dalam ayat itu sendiri: ·demikianlah, dengan (cara) begitu Kami hendak menetapkan hatimu
5. Di antara ayat-ayat ada yang merupakan jawaban daripada pertanyaan atau penolakan suatu pendapat atau perbuatan, sebagai dikatakan oleh lbnu‘Abbas r.a. Hal ini tidak dapat terlaksana kalau Al Qur’an diturunkan sekaligus.
Ayat Makkiyah dan ayat Madaniyah
Ditinjau dari segi masa turunnya, maka Al Qur’an itu dibahagi atas dua golongan:
1. Ayat-ayat yang diturunkan di Mekah atau sebelum Nabi Muhammad SAW. hijrah ke Madinah dinamakan ayat-ayat Makkiyyah.
2. Ayat-ayat yang diturunkan di Madinah atau sesudah Nabi Muhammad s.a.w. hijrah ke Madinah dinamakan ayat-ayat Madaniyyah.
Ayat-ayat
Makkiyyah meliputi 19/30 dari isi Al Qur’an terdiri atas 86 Q.S., sedang
ayat-ayat Madaniyyah meliputi 11/30 dari isi Al Qur’an terdiri atas 28 Q.S..
Perbedaan ayat-ayat Makiyyah dengan ayat-ayat Madaniyyah ialah:
1. Ayat-ayat Makkiyyah pada umumnya pendek-pendek sedang ayat-ayat Madaniyyah panjang-panjang; surat Madaniyyah yang merupakan 11/30 dari isi Al Qur’an ayat-ayatnya berjumlah 1,456, sedang ayat Makkiyyah yang merupakan 19/30 dari isi Al Qur’an jumlah ayat-ayatnya 4,780 ayat.
Juz 28 seluruhnya Madaniyyah kecuali ayat (60) Mumtahinah, ayat-ayatnya berjumlah 137; sedang juz 29 ialah Makkiyyah kecuali ayat (76) Addahr, ayat-ayatnya berjumlah 431. Surat Al Anfaal dan surat Asy Syu’araa masing-masing merupakan setengah juz tetapi yang pertama Madaniyyah dengan bilangan ayat sebanyak 75, sedang yang kedua Makiyyah dengan ayatnya yang berjumlah 227.
2. Dalam ayat-ayat Madaniyyah terdapat perkataan "Ya ayyuhalladzi na aamanu" dan sedikit sekali terdapat perkataan ‘Yaa ayyuhannaas’, sedang dalam ayat ayat Makiyyah adalah sebaliknya.
3. Ayat-ayat Makkiyyah pada umumnya mengandung hal-hal yang berhubungan dengan keimanan, ancaman dan pahala, kisah-kisah umat yang terdahulu yang mengandung pengajaran dan budi pekerti; sedang Madaniyyah mengandung hukum-hukum, baik yang berhubungan dengan hukum adat atau hukum-hukum duniawi, seperti hukum kemasyarakatan, hukum ketata negaraan, hukum perang, hukum internasional, hukum antara agama dan lain-lain.
Nama-nama Al Qur’an
Allah memberi nama Kitab-Nya dengan Al Qur’an yang berarti "bacaan". Arti ini dapat kita lihat dalam surat (75) Al Qiyaamah; ayat 17 dan 18 sebagaimana tersebut di atas.
Nama ini dikuatkan oleh ayat-ayat yang terdapat dalam surat (17) Al lsraa’ ayat 88; surat (2) Al Baqarah ayat 85; surat (15) Al Hijr ayat 87; surat (20) Thaaha ayat 2; surat (27) An Naml ayat 6; surat (46) Ahqaaf ayat 29; surat (56) Al Waaqi’ah ayat 77; surat (59) Al Hasyr ayat 21 dan surat (76) Addahr ayat 23.
Menuru pengertian ayat-ayat di atas Al Qur’an itu dipakai sebagai nama bagi Kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.
Selain Al Qur’an, Allah juga memberi beberapa nama lain bagi Kitab-Nya, seperti:
1. Al Kitab atau Kitaabullah: merupakan synonim dari perkataan Al Qur’an, sebagaimana tersebut dalam surat (2) Al Baqarah ayat 2 yang artinya; "Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya…." Lihat pula surat (6) Al An’aam ayat 114.
2. Al Furqaan: "Al Furqaan" artinya: "Pembeda", ialah "yang membedakan yang benar dan yang batil", sebagai tersebut dalam surat (25) Al Furqaan ayat 1 yang artinya: "Maha Agung (Allah) yang telah menurunkan Al Furqaan, kepada hamba-Nya, agar ia menjadi peringatan kepada seluruh alam"
3. Adz-Dzikir. Artinya: "Peringatan". sebagaimana yang tersebut dalamsurat (15) Al Hijr ayat 9 yang artinya: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan "Adz-Dzikir dan sesungguhnya Kamilah penjaga-nya" (Lihat pula surat (16) An Nahl ayat 44. Dari nama yang tiga tersebut di atas, yang paling masyhur dan merupakan nama khas ialah "Al Qur’an". Selain dari nama-nama yang tiga itu dan lagi beberapa nama bagi Al Qur’an. lmam As Suyuthy dalam kitabnya Al Itqan, menyebutkan nama-nama Al Qur’an, diantaranya: Al Mubiin, Al Kariim, Al Kalam, An Nuur.
Q.S.-Q.S. dalam Al Qur’an
Jumlah surat yang terdapat dalam Al Qur’an ada 114; nama-namanya dan batas-batas tiap-tiap surat, susunan ayat-ayatnya adalah menurut ketentuan yang ditetapkan dan diajarkan oleh Rasulullah sendiri (tauqifi).
Sebagian dari surat-surat Al Qur’an mempunyai satu nama dan sebagian yang lain mempunyai lebih dari satu nama, sebagaimana yang akan diterangkan dalam muqaddimah tiap-tiap surat.
Surat-surat yang ada dalam Al Qur’an ditinjau dari segi panjang dan pendeknya terbagi atas 4 bagian, yaitu:
1. ASSAB’UTHTHIWAAL, dimaksudkan, tujuh surat yang panjang Yaitu: Al Baqarah, Ali Imran, An Nisaa’, Al A’raaf, Al An’aam, Al Maa-idah dan Yunus.
2. Al MIUUN, dimaksudkan surat-surat yang berisi kira-kira seratus ayat lebih seperti: Hud, Yusuf, Mu’min dsb.
3. Al MATSAANI, dimaksudkan surat-surat yang berisi kurang sedikit dari seratus ayat seperti: Al Anfaal. Al Hijr dsb.
4. AL MUFASHSHAL, dimaksudkan surat-surat pendek. seperti: Adhdhuha, Al Ikhlas, AL Falaq, An Nas. dsb.
Huruf-huruf Hijaaiyyah yang ada pada permulaan surat.
Di dalam Al Qur’an terdapat 29 surat yang dimulai dengan huruf-huruf hijaaiyyah yaitu pada surat-surat:
(1) Al Baqarah, (2) Ali Imran, (3) Al A’raaf. (4) Yunus, (5) Yusuf, (7) Ar Ra’ad, (8) lbrahim, (9) Al Hijr, (10) Maryam. (11) Thaaha. (12) Asy Syu’araa, (13) An Naml, (14) Al Qashash, (15) A1’Ankabuut, (16) Ar Ruum. (17) Lukman, (18) As Sajdah (19) Yasin, (20) Shaad, (21) Al Mu’min, (22) Fushshilat, (23) Asy Syuuraa. (24) Az Zukhruf (25) Ad Dukhaan, (26) Al Jaatsiyah, (27) Al Ahqaaf. (28) Qaaf dan (29) Al Qalam (Nuun).
Huruf-huruf hijaaiyyah yang terdapat pada permulaan tiap-tiap surat tersebut di atas, dinamakan ‘Fawaatihushshuwar’ artinya pembukaan surat-surat.
Perbedaan ayat-ayat Makiyyah dengan ayat-ayat Madaniyyah ialah:
1. Ayat-ayat Makkiyyah pada umumnya pendek-pendek sedang ayat-ayat Madaniyyah panjang-panjang; surat Madaniyyah yang merupakan 11/30 dari isi Al Qur’an ayat-ayatnya berjumlah 1,456, sedang ayat Makkiyyah yang merupakan 19/30 dari isi Al Qur’an jumlah ayat-ayatnya 4,780 ayat.
Juz 28 seluruhnya Madaniyyah kecuali ayat (60) Mumtahinah, ayat-ayatnya berjumlah 137; sedang juz 29 ialah Makkiyyah kecuali ayat (76) Addahr, ayat-ayatnya berjumlah 431. Surat Al Anfaal dan surat Asy Syu’araa masing-masing merupakan setengah juz tetapi yang pertama Madaniyyah dengan bilangan ayat sebanyak 75, sedang yang kedua Makiyyah dengan ayatnya yang berjumlah 227.
2. Dalam ayat-ayat Madaniyyah terdapat perkataan "Ya ayyuhalladzi na aamanu" dan sedikit sekali terdapat perkataan ‘Yaa ayyuhannaas’, sedang dalam ayat ayat Makiyyah adalah sebaliknya.
3. Ayat-ayat Makkiyyah pada umumnya mengandung hal-hal yang berhubungan dengan keimanan, ancaman dan pahala, kisah-kisah umat yang terdahulu yang mengandung pengajaran dan budi pekerti; sedang Madaniyyah mengandung hukum-hukum, baik yang berhubungan dengan hukum adat atau hukum-hukum duniawi, seperti hukum kemasyarakatan, hukum ketata negaraan, hukum perang, hukum internasional, hukum antara agama dan lain-lain.
Nama-nama Al Qur’an
Allah memberi nama Kitab-Nya dengan Al Qur’an yang berarti "bacaan". Arti ini dapat kita lihat dalam surat (75) Al Qiyaamah; ayat 17 dan 18 sebagaimana tersebut di atas.
Nama ini dikuatkan oleh ayat-ayat yang terdapat dalam surat (17) Al lsraa’ ayat 88; surat (2) Al Baqarah ayat 85; surat (15) Al Hijr ayat 87; surat (20) Thaaha ayat 2; surat (27) An Naml ayat 6; surat (46) Ahqaaf ayat 29; surat (56) Al Waaqi’ah ayat 77; surat (59) Al Hasyr ayat 21 dan surat (76) Addahr ayat 23.
Menuru pengertian ayat-ayat di atas Al Qur’an itu dipakai sebagai nama bagi Kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.
Selain Al Qur’an, Allah juga memberi beberapa nama lain bagi Kitab-Nya, seperti:
1. Al Kitab atau Kitaabullah: merupakan synonim dari perkataan Al Qur’an, sebagaimana tersebut dalam surat (2) Al Baqarah ayat 2 yang artinya; "Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya…." Lihat pula surat (6) Al An’aam ayat 114.
2. Al Furqaan: "Al Furqaan" artinya: "Pembeda", ialah "yang membedakan yang benar dan yang batil", sebagai tersebut dalam surat (25) Al Furqaan ayat 1 yang artinya: "Maha Agung (Allah) yang telah menurunkan Al Furqaan, kepada hamba-Nya, agar ia menjadi peringatan kepada seluruh alam"
3. Adz-Dzikir. Artinya: "Peringatan". sebagaimana yang tersebut dalamsurat (15) Al Hijr ayat 9 yang artinya: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan "Adz-Dzikir dan sesungguhnya Kamilah penjaga-nya" (Lihat pula surat (16) An Nahl ayat 44. Dari nama yang tiga tersebut di atas, yang paling masyhur dan merupakan nama khas ialah "Al Qur’an". Selain dari nama-nama yang tiga itu dan lagi beberapa nama bagi Al Qur’an. lmam As Suyuthy dalam kitabnya Al Itqan, menyebutkan nama-nama Al Qur’an, diantaranya: Al Mubiin, Al Kariim, Al Kalam, An Nuur.
Q.S.-Q.S. dalam Al Qur’an
Jumlah surat yang terdapat dalam Al Qur’an ada 114; nama-namanya dan batas-batas tiap-tiap surat, susunan ayat-ayatnya adalah menurut ketentuan yang ditetapkan dan diajarkan oleh Rasulullah sendiri (tauqifi).
Sebagian dari surat-surat Al Qur’an mempunyai satu nama dan sebagian yang lain mempunyai lebih dari satu nama, sebagaimana yang akan diterangkan dalam muqaddimah tiap-tiap surat.
Surat-surat yang ada dalam Al Qur’an ditinjau dari segi panjang dan pendeknya terbagi atas 4 bagian, yaitu:
1. ASSAB’UTHTHIWAAL, dimaksudkan, tujuh surat yang panjang Yaitu: Al Baqarah, Ali Imran, An Nisaa’, Al A’raaf, Al An’aam, Al Maa-idah dan Yunus.
2. Al MIUUN, dimaksudkan surat-surat yang berisi kira-kira seratus ayat lebih seperti: Hud, Yusuf, Mu’min dsb.
3. Al MATSAANI, dimaksudkan surat-surat yang berisi kurang sedikit dari seratus ayat seperti: Al Anfaal. Al Hijr dsb.
4. AL MUFASHSHAL, dimaksudkan surat-surat pendek. seperti: Adhdhuha, Al Ikhlas, AL Falaq, An Nas. dsb.
Huruf-huruf Hijaaiyyah yang ada pada permulaan surat.
Di dalam Al Qur’an terdapat 29 surat yang dimulai dengan huruf-huruf hijaaiyyah yaitu pada surat-surat:
(1) Al Baqarah, (2) Ali Imran, (3) Al A’raaf. (4) Yunus, (5) Yusuf, (7) Ar Ra’ad, (8) lbrahim, (9) Al Hijr, (10) Maryam. (11) Thaaha. (12) Asy Syu’araa, (13) An Naml, (14) Al Qashash, (15) A1’Ankabuut, (16) Ar Ruum. (17) Lukman, (18) As Sajdah (19) Yasin, (20) Shaad, (21) Al Mu’min, (22) Fushshilat, (23) Asy Syuuraa. (24) Az Zukhruf (25) Ad Dukhaan, (26) Al Jaatsiyah, (27) Al Ahqaaf. (28) Qaaf dan (29) Al Qalam (Nuun).
Huruf-huruf hijaaiyyah yang terdapat pada permulaan tiap-tiap surat tersebut di atas, dinamakan ‘Fawaatihushshuwar’ artinya pembukaan surat-surat.
Banyak pendapat
dikemukakan oleh para Ulama’ Tafsir tentang arti dan maksud huruf-huruf
hijaaiyyah itu, selanjutnya lihat not 10, halaman 8 (Terjemah)
WAHYU itu Jelas datangnya dari Allah SWT. namun tetap kita harus beriman juga kepada Rosul SAW." karena wahyu itu datangnya dari Allah SWT melalui malaikat hingga kepada mereka orang-orang yang beriman dan bertakwa yaitu Nabi dan Rosul SAW." dan semua wahyu-wahyu Allah SWT telah disempurnakan pada Nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW." tiada lain adalah Kitab Suci Al-Qur'an sebagai tuntunan hidup umat manusia sampai akhir zaman.
Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah :
Artinya: Bila Kamu sekalian ragu-ragu terhadap apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (berupa Alquran), buatlah satu surat saja yang sepadan (dengan salah satu surat Alquran) dan panggillah penolong-penolongmu selain Allah bila kamu sekalian benar. Bila kami tidak bisa melakukannya dan pasti tidak akan bisa melakukannya, takutlah kepada api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu, yang disiapkan untuk orang-orang kafir. ( Q.S Al Baqarah(2) : 23-24).
WAHYU itu Jelas datangnya dari Allah SWT. namun tetap kita harus beriman juga kepada Rosul SAW." karena wahyu itu datangnya dari Allah SWT melalui malaikat hingga kepada mereka orang-orang yang beriman dan bertakwa yaitu Nabi dan Rosul SAW." dan semua wahyu-wahyu Allah SWT telah disempurnakan pada Nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW." tiada lain adalah Kitab Suci Al-Qur'an sebagai tuntunan hidup umat manusia sampai akhir zaman.
Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah :
Artinya: Bila Kamu sekalian ragu-ragu terhadap apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (berupa Alquran), buatlah satu surat saja yang sepadan (dengan salah satu surat Alquran) dan panggillah penolong-penolongmu selain Allah bila kamu sekalian benar. Bila kami tidak bisa melakukannya dan pasti tidak akan bisa melakukannya, takutlah kepada api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu, yang disiapkan untuk orang-orang kafir. ( Q.S Al Baqarah(2) : 23-24).
Maha benar Allah
dengan segala firman-Nya
Sumber: http://dakwahsyariah.blogspot.com/2011/06/Al Qur’an-adalah-wahyu-dari-allah.html#ixzz4Cf5PC3vn