Langsung ke konten utama

Mi’rajkan kami dalam isra’ menujuMu Ya Rabb oleh Nadirsyah Hosen

Mi’rajkan kami dalam isra’ menujuMu Ya Rabb

1. Muhammadku isra’ lalu mi’raj. Setelah sampai di puncak spiritualitas tertinggi di sidratul muntaha, Muhammadku menerima dua perintah. Yang satu untuk dirinya dan umatnya, dan yang satunya lagi khusus untuknya

2. Perintah yang pertama berkenaan dengan shalat. Inilah momen umat Muhammad untuk isra’-mi’raj mengikuti jejak sang Nabi. Lewat shalat kita jadi paham bahwa isra (perjalanan) itu bagian penting menuju mi’raj.

3. Ada yang shalatnya cuma isra’ tapi belum mi’raj. Shalat itu tangga naik ke langit. Makanya minimal sehari kita menaiki lima anak tangga menujuNya. Begitu terus sepanjang hidup kita. Sudahkah kita sampai di tangga terakhir?

4. Perintah berikutnya kepada Muhammadku, Muhammadmu dan Muhammad kita semua, adalah untuk kembali ke bumi, setelah berada pada puncak tertinggi Sidratul Muntaha. Mengapa?

5. Seorang tokoh konon pernah berujar. Nabi Muhammad mi’raj sampai pada Tuhan, dan lalu kembali lagi. Demi Allah, kalau aku sampai di sana, gak akan mau turun lagi!

6. Kitapun mungkin begitu juga. Bukankah kita ingin sampai padaNya? Namun kenapa Allah justru perintahkan sang Nabi untuk kembali turun ke bumi? Begitulah tugas seorang Nabi, beliau harus berada di tengah umatnya. Bukan hanya asyik-masyuk dalam puncak spiritualitasnya

7. Untuk apa mengalami pencerahan tertinggi jikalau hanya dirimu yang tercerahkan? Sang Nabi diminta turun kembali untuk berbagi pencerahan menebar rahmat ke penjuru alam. Itulah fungsi sang Nabi

8. Muhammadku berangkat isra’ dan lalu mi’raj hanya dalam waktu yang singkat. Bahkan dikabarkan saat kembalipun kasurnya masih hangat —ini saja ungkapan metafor yg dipahami para sufi dg amat menarik, tapi kapan-kapan saja kita bahas. Kita fokus pada waktu perjalanan saja

9. Dikabarkan dalam literatur bahwa sang Nabi menaiki kendaraan spesial, yaitu Buraq. Dengan kendaraan inilah Muhammadku bisa melakukan lompatan berkelipatan tak terhingga sehingga mampu menembus tingkatan langit

10. Dengan naik Buraq, ungkapan Sky is the only limit, tidak berlaku bagi sang Nabi. Beliau SAW tembus langit. Batas langit itu cuma fiksi, eh fiktif yah? Yah pokoknya gitu dehhh

11. Nah sekarang saya ingin ingatkan  kepada anda, bahwa Allah pun sudah sediakan semacam kendaraan Buraq untuk kita, agar hidup kita bisa lompat berkelipatan tak terhingga.

12. Kendaraan Buraq untuk kita adalah shalawat Nabi.

13. Saya ulangi: shalawat Nabi itu bagaikan Buraq bagi umat Muhammad untuk melakukan perjalanan (isra’) dan kemudian mi’raj.

14. Saya ulangi sekali lagi: jika kita hendak sampai pada Nabi Muhammad, Malaikat dan Allah, jadikanlah shalawat sebagai kendaraan kita dalam berjalan menujuNya

15. Jika shalat kita belum membawa kita untuk mi’raj meski anak tangga sudah kita naiki berkali-kali, perhatikan bacaan shalawat kita saat shalat. Di sini kuncinya.

16. Jika hidup kita biasa-biasa saja dan belum menanjak ke tingkat berikutnya, perhatikan bacaan shalawat kita. Sudahkah kita memahaminya?

17. Bacalah shalawat, jadikan shalawat sebagai Buraq, dan jangan terkejut kalau hidup anda tiba-tiba melejit, lompat berkelipatan, tak terhingga.

18. Ini hari Jum’at, 27 Rajab, dimana 15 abad lampau peristiwa isra-mi’raj terjadi. Mari yuk kita banyakin baca shalawat. Allahumma shalli wa sallim ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala alihi wa ashabihi ajma’in

Tabik,

Nadirsyah Hosen

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[DOWNLOAD] KLIPING KEANEKARAGAMAN 34 PROVINSI DI INDONESIA

KERAGAMAN BUDAYA 34 PROVINSI DI INDONESIA Download Kliping keanekaragaman budaya di Indonesia  LINK 1  (word) atau  LINK 2  (pdf) 1.Provinsi Nanggro Aceh Darussalam (NAD) Ibukota nya adalah Banda Aceh Makanan Khas Daerah : Timpan, Masak udang cumi, Gulai Aceh,Daging masak pedas, Korma kambing, Sie Reubeouh cuka, Gulai kepala ikan, Meuseukat, Kanji Rumbi,dll. Tarian Tradisional : Tari Seudati, Tari Saman, Tari Ranup Lam Puan, Tari Meuseukat, Tari Kipah Sikarang Aceh, Tari Aceh Gempar, Tari Mulia Ratep Aceh, Tari Rapai Geleng Aceh, Tari Turun Kuaih Aunen Aceh, Tari Bungong Seulanga Aceh, Tari Seudati Ratoh Aceh, Tari Nayak Padi Aceh, Tari Saman Jaton Aceh, Tari Kipah Sitangke Aceh, Tari Dodaidi Aceh, Tari Likok Puloe Aceh, Tari Didong Gayo Aceh, Tari Tarek Pukat Aceh, Tari Aceh Ek U Gle, Tari Aceh Dara Meukipah Tari Aceh Top Pade.  Rumah Adat : Rumoh Aceh, Rumah Krong Pade atau Berandang Senjata Tradisional : Rencong, Sikin Panyang, Klewang dan Peudeung oon Teubee. Lagu

Allah Berbeda Dengan Makhluknya serta dalilnya

Berbeda dengan MakhlukNya Dalam Ilmu Tauhid disebut Mukhalafatu Lil Hawadits Sifat Allah ini artinya adalah Allah berbeda dengan ciptaanNya. Itulah keistimewaan dan Keagungan Allah SWT. Allah itu berbeda dengan makhluk ciptaanNya sangat mustahil. Jika Allah itu sama dengan ciptaanNya jika Allah itu sama maka manusia tidak perlu menyembah dengan sholat 5 kali sehari semalam. Dasar Pemahaman Secara Logis ( Dalil Aqli ) Allah pasti berbeda dengan makhlukNya. Dia memiliki nama nama yang indah dan gelar “Maha” Maha Kuasa, Maha sempurna dsb. Sedang MakhlukNya memiliki sangat banyak keleMahan dan keterbatasan yang tidak mungkin dimiliki oleh Allah. Sungguh tidak pantas Makhluk yang banyak keleMahannya di sejajarkan dengan Allah. Apalagi disamakan tentulah itu sangat tidak mungkin. Jika Tuhan pencipta alam semesta ini sama dengan MakhlukNya pasti dia bukan Allah. Tapi dia adalah makhlukNya yang memiliki sifat   Rusak, hancur binasa, dsb. Padahal Allah yang sebenar – benarnya dan

Pengertian Adil dan dalilnya

menurut wikipedia indonesia Adil berasal dari bahasa Arab yang berarti berada di tengah-tengah, jujur, lurus, dan tulus. Secara terminologis adil bermakna suatu sikap yang bebas dari diskriminasi, ketidakjujuran. Dengan demikian orang yang adil adalah orang yang sesuai dengan standar hukum baik hukum agama, hukum positif (hukum negara), maupun hukum sosial (hukum adat) yang berlaku. Dengan demikian, orang yang adil selalu bersikap imparsial, suatu sikap yang tidak memihak kecuali kepada kebenaran. Bukan berpihak karena pertemanan, persamaan suku, bangsa maupun agama. Penilaian, kesaksian dan keputusan hukum hendaknya berdasar pada kebenaran walaupun kepada diri sendiri, saat di mana berperilaku adil terasa berat dan sulit. Kedua, keadilan adalah milik seluruh umat manusia tanpa memandang suku, agama, status jabatan ataupun strata sosial. Ketiga, di bidang yang selain persoalan hukum, keadilan bermakna bahwa seseorang harus dapat membuat penilaian obyektif dan kritis k